Untuk informasi terkini mengenai kasus David Hartanto, silahkan kunjungi www.davidhartanto.com

Jumat, Februari 20, 2009

Diet Rendah Karbohidrat, Masih Amankah?

Banyak cara menuju langsing. Salah satunya lewat diet. Ada banyak sekali jenis diet yang bisa diikuti. Salah satunya diet rendah karbohidrat, alias low carbohydrate diet, yang sempat populer beberapa waktu lalu.Masih disarankankah diet ini, serta apa dampak negatifnya? Seperti fesyen, diet pun mengenal tren. Beberapa tahun belakangan, muncul istilah fad diet atau diet populer, yang berarti jenis atau cara diet yang sangat laku dijual. Jadi, dalam hal ini masyarakat cenderung mencari sesuatu yang aneh, populer, dan mencobanya. Meski populer, soal kebenaran, pembuktian ilmiah, keamanan, dan penelitiannya, belum membuktikan bahwa diet tersebut baik.

Salah satu fad diet yang sempat jadi tren beberapa waktu silam adalah diet rendah karbohidrat atau low carbohydrate diet (low-carb diet). Diet semacam ini sering disebut diet Atkins karena diperkenalkan oleh seorang ahli nutrisi asal Amerika, Dr. Robert Coleman Atkins, tahun 1970 silam. Uniknya, diet rendah karbohidrat justru populer di tahun 2000-an.

TURUN DRASTIS

* Menurut ahli nutrisi dari Klinik Nutrifit Jakarta, Dr. Samuel Oetoro, M.S., Sp.GK, diet rendah karbohidrat merupakan diet yang membatasi sumber karbohidrat.

Para penganut diet semacam ini tak mengonsumsi nasi, kentang, roti, dan sumber karbohidrat lainnya. Padahal, karbohidrat merupakan salah satu nutrien penghasil energi, selain protein dan lemak.

Karbohidrat terdiri dari tiga elemen, yaitu karbon, hidrogen, dan oksigen. Setiap gram karbohidrat menghasilkan empat kalori energi. Fungsi karbohidrat tak main-main. Karbohidrat berguna memacu otak dan otot-otot tubuh, serta memasok energi ke berbagai fungsi tubuh seperti alat pernafasan dan jantung.

Karena tak mengonsumsi karbohidrat, para pengikut diet rendah karbohidrat mendapat energi dari makanan yang tinggi protein dan lemak. “Konsekuensinya, mereka meninggikan konsumsi protein. Sumber proteinnya diperoleh dari daging. Padahal kita tahu, daging mengandung lemak. Akibatnya, selain kadar protein dalam tubuh tinggi, lemaknya juga tinggi,” jelas Samuel.

Ia menambahkan, “Enaknya diet seperti ini, kenyangnya lebih tahan lama. Karena makanan yang mengandung protein dan lemak akan membuat kita merasa lebih kenyang. Tetapi pendapat itu keliru, karena asupan lemak jadi berlebihan.”

Masih menurut Samuel, diet rendah karbohidrat memang awalnya sangat menggembirakan bagi orang-orang yang sedang dalam program penururan berat badan. Menurut penelitian, pada enam bulan pertama, berat badan bisa turun drastis, terutama dalam waktu dua atau tiga bulan pertama. Meski penurunannya pada setiap orang berbeda-beda, dalam enam bulan, berat badan bisa turun sampai 10 kg! Namun, setelah enam bulan, berat badan cenderung turun pelan dan sedikit sekali. Jika akan diturunkan lagi biasanya susah.

Jika dibandingkan diet gizi seimbang dan rendah kalori (artinya tetap ada sumber karbohidrat, protein, dan lemak yang baik dengan jumlah cukup), penurunan pada diet rendah karbohidrat pada enam bulan pertama memang lebih cepat. “Tetapi setelah enam bulan sampai satu tahun, hasilnya sama. Karena kalau diet rendah karbohidrat pernurunannya pelan-pelan, sedangkan diet gizi seimbang masih turun terus. Hasil akhirnya setelah satu tahun, sama,” ujarnya.

SEBABKAN DEHIDRASI

* Selain itu, menurut Samuel, cepatnya penurunan berat badan ini lantaran ikut keluarnya air dalam tubuh.

“Hal ini disebabkan adanya metabolisme atau proses pembakaran dalam tubuh. Kalau seseorang tidak makan karbohidrat, air cenderung dikeluarkan. Padahal dalam penurunan berat badan, yang harus diturunkan adalah lemak, bukan kadar air dalam tubuh.”

Akibatnya, jika terlalu banyak cairan tubuh yang keluar, orang tersebut bisa mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Idealnya, jika sedang dalam tahap pelangsingan badan, seminggu menurunkan berat antara setengah sampai satu kilo gram. Jadi, sebulan maksimal turun sekitar empat kilo gram. “Bisa saja turun sampai 5-6 kg tetapi harus dalam pengawasan ketat dokter gizi. Kalau tidak, bisa terjadi komplikasi penyakit,” ungkap Samuel.

Selain itu, diet rendah karbohidrat juga sangat berisiko menyebabkan penyakit karena tingginya asupan protein dan lemak tinggi. Antara lain bisa menyebabkan hiperkolesterol (tinggi kolesterol), menambah risiko penumpukan lemak berlebihan, dan penyumbatan pembuluh darah. Kelebihan protein dan lemak juga akan membebani ginjal. Kalau seseorang melakukan diet seperti ini selama bertahun-tahun, ginjalnya bisa rusak.

Seseorang yang telah telanjur terkena gangguan tersebut harus segera diobati dan ditangani oleh dokter di bidangnya. Misalnya, penanganan sakit ginjal dan jantung. “Selain itu, pola dietnya juga harus segera diubah dalam diatur ulang,” kata Samuel melanjutkan.

KARBOHIDRAT YANG ’BERSAHABAT’

* Karbohidrat bukan sesuatu yang patut ditakuti. Yang penting, Anda perlu mengetahui jenis-jenis karbohidrat yang “aman” dikonsumsi.

Ada dua macam karbohidrat, yaitu karbohidrat simpleks dan kompleks. Karbohidrat simpleks merupakan karbohidrat yang cepat diserap tubuh, karena sudah berupa butiran-butiran gula yang mengandung glukosa dan siap diserap. Yang termasuk karbohidrat simpleks antara lain gula pasir, gula jawa, dan gula jagung. Makanan yang juga mengandung karbohidrat simpleks, yaitu susu, permen, dan cookies.

Berbeda dari karbohidrat simpleks, karbohidrat kompleks dicerna dan diserap perlahan-lahan, sehingga kadar gula dalam tubuh naik secara perlahan. Karbohidrat jenis ini pun lebih banyak mengandung serat dan vitamin. Contoh karbohidrat kompleks antara lain nasi, roti, kentang, jagung, dan pasta.

Nah, dalam diet gizi seimbang, yang dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks. Namun, tak berarti semua karbohidrat simpleks buruk. “Yang penting, membatasi asupannya,” tegas Samuel. Salah satu karbohidrat simpleks yang tetap bisa dikonsumsi adalah susu yang merupakan sumber kalsium dan vitamin D. “Bisa pilih susu rendah lemak yang saat ini banyak dijual.”

DIET GIZI SEIMBANG

* Untuk menurunkan berat badan, Samuel menganjurkan diet rendah kalori dan gizi seimbang.

Dalam diet ini, Anda tetap mengonsumsi makanan lengkap di mana terdapat sumber karbohidrat, protein, dan lemak. “Jadi, komposisinya lengkap, tetapi jumlahnya dikurangi. Tidak seperti diet rendah karbohidrat, dalam diet gizi seimbang semuanya berimbang, mulai dari karbohidrat, lemak, dan protein. Sehingga tidak terjadi gangguan metabolisme dan lebih aman,” papar Samuel.

Kesuksesan menurunkan berat badan bukan tergantung banyak-sedikitnya konsumsi karbohidrat, melainkan asupan kalori. Sementara itu, kalori yang dikonsumsi dalam sehari tergantung kebutuhan tubuh masih-masing. Jika kebutuhan kalori Anda sehari 1500 kalori, Anda bisa menguranginya menjadi 1000 kalori. Begitu juga jika kebutuhan Anda 2000 kalori, bisa diturunkan menjadi 1500 kalori. Berikut makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi:

1. Sebaiknya pilih lemak baik atau asam lemak tak jenuh. Lemak seperti ini bisa didapat dalam sumber makanan yang mengandung omega 3 (terdapat pada ikan laut), omega 6 (jagung dan kedelai), dan omega 9 (alpukat, kacang rebus, dan minyak zaitun).

2. Hindari lemak jenuh atau lemak yang mengandung kolesterol seperti yang terdapat dalam santan.

3. Hindari makanan gorengan.

4. Hindari minuman yang banyak mengandung gula, seperti soft drink.

5. Hindari makanan yang tinggi karbohidrat.

Yang perlu diingat, tidak ada program pelangsingan tubuh yang sukses jika tidak di combine dengan olahraga teratur.

MASIH ADA DIET LAIN

Selain diet rendah karbohidrat, masih ada sejumlah diet lain. Apa saja?

1. Diet golongan darah (blood type diet)

Pada diet ini, makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan golongan darah seseorang. Jadi, ada makanan yang boleh atau tidak boleh dimakan oleh setiap golongan darah.

2. Diet buah

Pengikut diet semacam ini hanya menghalalkan makan buah. Namun, diet ini juga berbahaya karena memungkinkan terjadi pembakaran protein dalam tubuh, termasuk pembakaran otot jantung. Akibatnya, jantungnya pun gagal bekerja.

3. Food combining

Diet ini berdasarkan teori bahwa setiap makanan butuh waktu penyerapan yang berbeda-beda. Misalnya, protein dan karbohidrat memiliki waktu yang berbeda diserap tubuh. Protein lebih lama diserap tubuh daripada karbohidrat. Jadi, protein dan karbohidrat tidak dikonsumsi dalam waktu berbarengan. Dalam food combining, protein bisa dikonsumsi bersamaan dengan sayuran. Sementara buah-buahan dikomsumsi secara terpisah karena paling cepat diserap tubuh. (Tabloid Nova)

1 komentar:

infogue mengatakan...

Artikel anda di

http://diet.infogue.com/diet_rendah_karbohidrat_masih_amankah_

promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus untuk para netter Indonesia. Salam!