Diet Karbohidrat
Dalam studi termutakhir terhadap orang gemuk dan obesitas, diketahui mereka yang menjalankan diet rendah karbohidrat lebih cepat menurunkan berat badannya dibanding dengan mereka yang melakukan diet rendah lemak.
Setelah melakukan diet rendah karbohidrat selama 12 minggu, para responden berhasil menurunkan bobot tubuhnya sebanyak 4,9 kilogram, sedangkan mereka yang menjalankan diet rendah lemak hanya turun 2,5 kg.
Kemudian program menjaga berat badan tersebut dilanjutkan hingga 24 minggu. Namun tidak didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok diet tersebut.
Meski begitu, menurut Dr.Kevin C.Maki, salah seorang tim peneliti, diet rendah karbohidrat tetap lebih efektif untuk mengurangi lemak dan mengontrol berat badan.
Maki dan timnya meminta para responden untuk mengurangi kadar glycemic dengan cara mengurangi asupan karbohidrat dan banyak mengonsumsi makanan yang indeks glycemic-nya rendah, yakni makanan yang mengandung serat seperti sayuran, kacang dan gandum.
Selama dua minggu pertama para responden diminta tidak mengonsumsi makanan yang memiliki kadar karbohidrat tinggi seperti buah dan makanan yang memiliki zat tepung. Mereka juga diminta menghindari alkhol, tetapi mereka diijinkan untuk makan sebanyak yang dikehendaki.
Sebaliknya responden dalam kelompok diet rendah lemak hanya diijinkan mengonsumsi 500 - 800 kalori per hari, menghindari makanan berlemak dan mengontrol porsi makanannya.
Setelah 12 minggu, para responden dari kelompok diet rendah karbohidrat mengalami penurunan berat yang signifikan dibanding dengan kelompok diet rendah lemak. Setelah 36 minggu, kelompok rendah karbohidrat beratnya berkurang 4,5 kg, sedang kelompok diet lemak berkurang 2,6 kg, tidak terlihat perbedaan mencolok.
Studi lanjutan masih akan dilakukan oleh tim peneliti untuk memastikan apakah mekanisme penurunan tubuh terkait dengan asupan karbohidrat. Selain itu masih dicari pula strategi yang paling tepat untuk mengontrol berat badan dalam jangka panjang.
Diet Kalori
Anda yang mencoba mengurangi konsumsi makanan, coba pikirkan kembali. Menurut para ahli, pengurangan konsumsi makan (kalori) dapat membuat tubuh makin lemah sehingga rentan terhadap serangan flu.
Para ahli dari Amerika Serikat menemukan bahwa tikus-tikus yang asupan kalorinya dikontrol kesulitan menghadapi infeksi daripada mereka yang mengonsumsi kalori secara nornal.
Temuan yang dipublikasikan dalam Jurnal Nutrisi ini menyarankan agar mereka yang berada dalam kondisi lemah saat di mana cuaca tidak menentu perlu makan secukupnya, tidak perlu mengurangi atau berlebihan.
Tim dari Universitas Negeri Michigan menemukan bahwa meski tikus-tikus ini mengonsumsi vitamin dan mineral, konsumsi rendah kalori ini tidak memperkuat tubuh mereka karena tubuh tidak mampu memproduksi sejumlah sel-sel pembunuh untuk melawan infeksi.
Sebaliknya, tikus-tikus ini justru akan lebih lama sembuh saat sakit, kehilangan berat dan mengalami gejala sakit lain. "Penelitian kami menunjukkan bahwa saat tubuh siap melawan virus dan menyembuhkan saat sakit bila konsumsi memadai," ujar Prof Elizabeth Gardner.
Meski sudah mengonsumsi vaksin, disarankan agar konsumsi kalori secara normal dilakukan sampai musim dingin (hujan) menghilang diganti musim panas.
"Jika strain flu dari seseorang terinfeksi padahal vaksin flu berbeda dari strain flu yang ada, tubuh akan siap-siap memproduksi antibodi untuk melawannya," jelas Gardner.
Tentu pembatasan konsumsi makanan ini jangan dianggap mengkhawatirkan, terutama bagi mereka yang ingin berat badannya melorot. Yang penting jangan mengurangi. Normal saja.
Dalam studi termutakhir terhadap orang gemuk dan obesitas, diketahui mereka yang menjalankan diet rendah karbohidrat lebih cepat menurunkan berat badannya dibanding dengan mereka yang melakukan diet rendah lemak.
Setelah melakukan diet rendah karbohidrat selama 12 minggu, para responden berhasil menurunkan bobot tubuhnya sebanyak 4,9 kilogram, sedangkan mereka yang menjalankan diet rendah lemak hanya turun 2,5 kg.
Kemudian program menjaga berat badan tersebut dilanjutkan hingga 24 minggu. Namun tidak didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok diet tersebut.
Meski begitu, menurut Dr.Kevin C.Maki, salah seorang tim peneliti, diet rendah karbohidrat tetap lebih efektif untuk mengurangi lemak dan mengontrol berat badan.
Maki dan timnya meminta para responden untuk mengurangi kadar glycemic dengan cara mengurangi asupan karbohidrat dan banyak mengonsumsi makanan yang indeks glycemic-nya rendah, yakni makanan yang mengandung serat seperti sayuran, kacang dan gandum.
Selama dua minggu pertama para responden diminta tidak mengonsumsi makanan yang memiliki kadar karbohidrat tinggi seperti buah dan makanan yang memiliki zat tepung. Mereka juga diminta menghindari alkhol, tetapi mereka diijinkan untuk makan sebanyak yang dikehendaki.
Sebaliknya responden dalam kelompok diet rendah lemak hanya diijinkan mengonsumsi 500 - 800 kalori per hari, menghindari makanan berlemak dan mengontrol porsi makanannya.
Setelah 12 minggu, para responden dari kelompok diet rendah karbohidrat mengalami penurunan berat yang signifikan dibanding dengan kelompok diet rendah lemak. Setelah 36 minggu, kelompok rendah karbohidrat beratnya berkurang 4,5 kg, sedang kelompok diet lemak berkurang 2,6 kg, tidak terlihat perbedaan mencolok.
Studi lanjutan masih akan dilakukan oleh tim peneliti untuk memastikan apakah mekanisme penurunan tubuh terkait dengan asupan karbohidrat. Selain itu masih dicari pula strategi yang paling tepat untuk mengontrol berat badan dalam jangka panjang.
Diet Kalori
Anda yang mencoba mengurangi konsumsi makanan, coba pikirkan kembali. Menurut para ahli, pengurangan konsumsi makan (kalori) dapat membuat tubuh makin lemah sehingga rentan terhadap serangan flu.
Para ahli dari Amerika Serikat menemukan bahwa tikus-tikus yang asupan kalorinya dikontrol kesulitan menghadapi infeksi daripada mereka yang mengonsumsi kalori secara nornal.
Temuan yang dipublikasikan dalam Jurnal Nutrisi ini menyarankan agar mereka yang berada dalam kondisi lemah saat di mana cuaca tidak menentu perlu makan secukupnya, tidak perlu mengurangi atau berlebihan.
Tim dari Universitas Negeri Michigan menemukan bahwa meski tikus-tikus ini mengonsumsi vitamin dan mineral, konsumsi rendah kalori ini tidak memperkuat tubuh mereka karena tubuh tidak mampu memproduksi sejumlah sel-sel pembunuh untuk melawan infeksi.
Sebaliknya, tikus-tikus ini justru akan lebih lama sembuh saat sakit, kehilangan berat dan mengalami gejala sakit lain. "Penelitian kami menunjukkan bahwa saat tubuh siap melawan virus dan menyembuhkan saat sakit bila konsumsi memadai," ujar Prof Elizabeth Gardner.
Meski sudah mengonsumsi vaksin, disarankan agar konsumsi kalori secara normal dilakukan sampai musim dingin (hujan) menghilang diganti musim panas.
"Jika strain flu dari seseorang terinfeksi padahal vaksin flu berbeda dari strain flu yang ada, tubuh akan siap-siap memproduksi antibodi untuk melawannya," jelas Gardner.
Tentu pembatasan konsumsi makanan ini jangan dianggap mengkhawatirkan, terutama bagi mereka yang ingin berat badannya melorot. Yang penting jangan mengurangi. Normal saja.
2 komentar:
Wah kalo buat yang susah diet ada tips ga?
Perasaan setiap kali aku niatin diet, turun sih 1-2 kilo tapi trus langsung naek lagi ampe lebih dari BB semula..
Gimana ya..help.. :p
saya lg coba diet karbohidrat after jam 5 sore...masih minggu I...smga berhasil
Posting Komentar